BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. MODEL

Download Pengertian Model Pembelajaran ... belajar. b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ..... Tabel 2.4 Perpaduan Sint...

17 downloads 269 Views 279KB Size
BAB II LANDASAN TEORI

A. 1. a.

Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan bagian dari proses pembelajaran yang

harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru sebagai penentu keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terlibat secara langsung dalam menyusun rencana pembelajaran, mengatur materi peserta didik, dan settingpengajaran. Oleh karena itu setiap model pembelajaran yang akan diterapkan, guru juga harus mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Menurut Trianto (2014:53) “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan melaksanakan pembelajaran”. Menurut Arends (dalam Trianto, 2014:51) “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang disusun secara sistematik yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar dengan optimal. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan

13

14

karakteristik serta tingkat kemampuan peserta didik. Setiap model pembelajaran memiliki desain pembelajaran yang dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. b.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:12) “cooperative learning adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolabotatif yang angggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Isjoni (2009:16) menjelaskan Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif, dan tidak peduli pada yang lain. Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran kooperatif ini merupakan kegiatan pembelajaran kelompok kecil yang terarah, terpadu, efektif-efisien dalam memecahkan permasalahan melalui proses kerjasama dan sharing sehingga terjadi proses pembelajaran yang produktif. Selain itu dalam pembelajaran ini, siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Sehingga, cooperative learning baik diterapkan dalam proses pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dan salin membantu dalam mengatasi tugas yang dihadapi. c.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model (Cooperative Learning) dikembangkan untuk mencapai tiga

tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim,dkk (dalam Isjoni,2009:2728).

15

Tujuan pembelajaran kooperatif diantaranya: 1)hasil belajar akademik: model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar serta adanya kerjasama antara siswa kelompok bawah dengan kelompok atas untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik; 2) penerimaan terhadap perbedaan individu: tujuan lain model Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Sehingga pembelajaran ini memberikan peluang bagi siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja sama dengan saling bergantung dalam menyelesaikan tugas yang diberikan; 3) pengembangan ketrampilan sosial: tujuan penting ketiga Cooperative Learning adalah mengajarkan pada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi. d.

Unsur-Unsur dan Karakteristik (Cooperative Learning)

Pembelajaran

Kooperatif

Menurut Bennet (dalam Isjoni, 2009:41-43), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, seperti berikut ini Unsur-unsur penting dalam belajar kooperatif antara lain: 1)Positive Interdepedence: hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Sehingga siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok; 2)Interaction Face to Face: belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya hubungan timbal balik yang bersifat positif. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara ilmiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok; 3)adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (1) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya; 4)membutuhkan keluwesan: dalam belajar kooperatif salng menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif; 5)meningkatkan keterampilan bekerja

16

sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok): belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana meraka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik Lima unsur dasar di atatas harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya kelima unsur tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, kelima unsur di atas sekaligus menjadi pembeda pembelajaran koopetaif dengan pembelajaran kelompok tradisional/konvensional Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model kooperatif menurut Rusman (2012:208-209), sebagai berikut: a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiiki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah c) bilamana mungkin, anggota berasal dari ras budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda d) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Sedangkan Isjoni (2009:20) menjelaskan bahwasanya cooperative learning memilki beberapa ciri, diantaranya: (a) setiap anggota memiliki peran. (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap anggota kelompok

bertanggung

jawab

atas

belajarnyadan

juga

teman-teman

sekelompoknya. (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Berdasarkan pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

17

a)

Masing-masing anggota dalam satu kelompok memiliki kemampuan dan latar belakang yang berbeda.

b)

Memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam bekerja secara kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya.

c)

Guru

membantu

mengembangkan

keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok supaya dapat berjalan dengan baik d)

Penghargaan yang diberikan oleh guru lebih berorientasi dan ditekankan pada kelompok daripada individu

e.

Sintak Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut

Suprijono (2012:65) yang dapat dijadikan pedoman agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Fase 1

2 3

4 5

6

Kegiatan Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Present Information Menyajikan Informasi Organize student into learning team Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar Assist team work and study Membantu kerja tim belajar Test on the materials Mengevaluasi Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Sumber: Rusman(2012:211)

Perilaku Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran mempersiapkan peserta didik siap belajar

dan

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

18

Fase pertama, guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan lebih siap dalam mengikuti proses pembelajaran. Fase kedua, guru menyajikan informasi. Dalam fase kedua informasi yang disampaikan merupakan materi pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Fase ketiga, mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar / kelompok kecil. Guru harus menjelaskan cara pembagian kelompok dengan jelas dan membantu siswa dalam pembentukan kelompok, serta menjelaskan bahwa anggota dalam tiap kelompok harus saling membantu dan bekerja sama. Fase keempat, membantu kerja tim dalam belajar. Dalam fase ini guru bertindak sebagai fasilitator. Guru perlu mendampingi dan membantu tim-tim belajar apabila terdapat kesulitan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang sudah ditunjukkannya. Fase kelima, mengevaluasi. Dal fase ini guru menguji pengetahuan siswa tentang materi yang sudah dipelajari, bisa melalui tes, tanya jawab, atau presentasi hasil diskusi dari masing-masing kelompok. Fase keenam, memberikan pengakuan atau penghargaan. Guru mempersiapkan reward yang akan diberikan kepada peserta didik f.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan.

Demikian pula denan pembelajaran kooperatif. Adapun kelebihan cooperative learning menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni,2009:24) adalah:

19

1) saling ketergantungan yang positif 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan 5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru 6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Selain memiliki kelebihan, tentu masih terdapat kekurangan di dalamnya. Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam meliputi: 1)guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegitas diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif (Isjoni, 2009:25) Mengacu pada pendapat tersebut, maka dengan cooperative learning siswa dapat berbagi pengetahuan antar sesama teman yang diperoleh melalui diskusi kelompok. Jadi, perolehan ilmu dan pengetahuan tidak hanya berasal dari guru saja, melainkan diperoleh dari diskusi dan sharing dalam kelompok. Antar siswa yang satu dengan yang lain, haruslah memberikan kesempatan untuk saling mengemukakan pendapat dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan yang ada, dan mengambil keputusan secara bersama untuk menyelesaikan permasalah yang ada.

20

2.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division

a.

Pengertian Pembelajaran Tipe STAD Model STAD sangat menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2011:51) tipe ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal Lebih jauh Slavin (dalam Rusman,2012:214) memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai ketrampilan yang diajarkan guru”. Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran tipe STAD ( Student Teams Achievement Division) menekankan pada belajar kelompok yang bermakna dimana antar siswa dalam kelompok saling bekerjasama, bertukar pikiran, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain dalam memecahkan suatu permasalahan. Mereka saling mengajari dalam teman sekelompok dan menaksir kelebihan dan kekurangan satu sama lain untuk membantu agar dapat berhasil menjalani tes yang akan dilakukan di akhir proses pembelajaran. b.

Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe STAD Menurut Rusman (2012:215-217) belajar Kooperatif tipe STAD memiliki

enam tahapan pembelajaran. Adapun tahapan pembelajaran STAD antara lain: 1)penyampaian tujuan dan motivasi: menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk

21

belajar; 2)pembagian kelompok: siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik; 3)presentasi dari guru: guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari; 4)kegiatan belajar dalam kelompok: siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan bila diperlukan; 5) kuis:guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masingmasing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60,75,84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa; 6) penghargaan prestasi dalam kelompok: Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a)

Menghitung skor individu Menurut Slavin (Trianto,2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Penghitungan Perkembangan Skor Individu No 1. 2. 3. 4. 5.

Nilai Tes Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

Sumber: Slavin (dalam Trianto, 2007:55)

Skor Perkembangan 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin

22

b)

Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota

kelompok,

yaitu

dengan

menjumlahkan

semua

skor

perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok No 1. 2. 3. 4.

Rata-rata Skor 0N5 0  N  15 0  N  20 0  N  30

Kualifikasi Tim yang Baik (Good Team) Tim yang Baik Sekali (Great Team) Tim yang Istimewa (Super Team)

Sumber: Rusman (2012:216) c)

Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru) Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe

STAD

memilki

tahapan-tahapan

pembelajaran

diantaranya:

(a)

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memerikan motivasi kepada peserta didik, (b) membentuk kelompok kecil secara heterogen, (c) penyampaian materi pembelajaran, (d) diskusi atau kerja kelompok belajar, (e) evaluasi/tes, (f) penghargaan prestasi kelompok c.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran tipe STAD yang

dituliskan oleh Futuha (2011:16) adalah sebagai berikut:

23

Kelebihan 1)

Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok

2)

Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama

3)

Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok

4)

Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat Kelemahan

1)

Membutuhkan waktu yang lebih lamauntuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum

2)

Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif

3)

Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif

4)

Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama Dari penjelasan di atasmodel pembelajaran kooperatif tipe STAD

memiliki kelebihan yaitu siswa dapat bekerja sama, saling membantu, memberikan motivasi serta semangat dalam mencapai tujuan belajar dan keberhasilan bersama dengan memberikan kontribusi/pendapat masing-masing anggota dalam menyelesaikan tugas yang diberikan . Sedangkan kekurangan model pembelajaran ini adalah membutuhkan waktu yang relatif lama meilhat tiga langkah pembelajaran STAD seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok,

24

dan tes individual/evaluasi. Selain itu model ini juga memerlukan kemampuan khusus dari guru sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. 3.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square

a.

Pengertian Pembelajaran Tipe Word Square Model pembelajaran tipeWord Square merupakan model pembelajaran

yang memadukan antara kemampuan berpikir dengan kejelian dalam menemukan jawaban/kata yang disusun pada kotak-kotak kecil sehingga terbentuk sebuah kata yang dapat ditemukan dan dibaca dari arah vertikal, horisontal,maupun diagonal. Menurut Widodo (dalam Najah, 2015:8)

“Model pembelajaran word square

merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban”. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf /angka penyamar atau pengecoh. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis. Dari penjelasan di atas Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif

dan pembelajaran yang dapat

dipergunakan guru dalam mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan/lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.

25

b.

Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe Word Square Menurut Uno (2013:92), sintak model pembelajaran Word Square adalah

sebagai berikut: 1) guru menyampaikan materi sesuai kompetensi, 2) guru membagikan lembar kegiatan sesuai contoh, 3) siswa disruruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban, 4) guru memberikan poin pada setiap jawaban dalam kotak. c.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Word Square Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Word

Square yang dituliskan oleh Najah (2015:23) diantaranya: Kelebihan 1)

Word

Square

cenderung

menggali

pengetahuan

siswa

dalam

pembelajaran, karena word square berupa permainan kotak kata yang berisi kumpulan huruf 2)

Penggunaan Word Square lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa yang akan menegaskan pemahaman materi siswa

3)

Membantu siswa membiasakan diri membaca buku pelajaran, karena word square memerlukan pengetahuan dsar dari siswa

4)

Siswa dapat berlatih kreatif dan terampil belajar mandiri dalam membuat pertanyaan dan memanfaatkan buku sumber

5)

Dapat melatih sikap teliti dan kritis

6)

Merangsang siswa untuk berpikir efektif Kekurangan

1)

Metode

pembelajaran

seperti

ini

biasanya

menimbulkan

suatu

kegaduhan, hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan

26

2)

Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya

3)

Dalam model pembelajaran ini, siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat oleh guru Dari penjelasan di atas model pembelajaran kooperatif tipe Word Square

memiliki kelebihan yaitu dapat melatih kejelian/ketelitian, dan berpikir kritis siswa serta memudahkan siswa dalam memahami dan mengingat materi pembelajaran,. Sedangkan kekurangan model pembelajaran ini adalah siswa tidak dapat

mengembangkan

materi

dengan kemampuan

yang

dimiliki

dan

pembelajaran lebih berpusat pada guru. 4.

Perpaduan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Tipe Word Square

Tabel 2.4 Perpaduan Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Tipe Word Square No. 1 2 3 4 4 5 6 7

Langkah-Langkah Pembelajaran Guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa Pembagian kelompok kecil berdasarkan kriteria kemampuan siswa Guru menyajikan materi sesuai kompetensi Guru memberikan lembar tugas kelompok untuk pemahaman materi Guru membagikan lembar kerja/kuis Siswa menjawab pertanyaan yang telah disajikan Guru memberikan poin pada setiap jawaban Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki poin tertinggi

Tipe STAD 

Tipe Word Square -



-

 

 -

 

 







-

Sumber : Olahan Peneliti 2017 Dari tabel diatas diketahui bahwa langkah-langkah perpaduan model tipe STAD dengan tipe Word Square sebagai berikut:

27

a.

Guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa

b.

Guru membagi kelompok kecil berdasarkan kriteria kemampuan siswa

c.

Guru menyajikan materi sesuai kompetensi

d.

Guru memberikan lembar tugas kelompok untuk pemahaman materi

e.

Guru membagikan lembar kerja Word Square sebagai kuis

f.

Siswa mengerjakan secara individu

g.

Guru memberikan poin pada setiap jawaban

h.

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki poin tertinggi

5.

Belajar Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, secara entimologis belajar

memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian

bahwa

belajar

merupakan

kegiatan

dalam

mencapai

kepandaian(pengetahuan) dan ilmu yang belum dimiliki sebelumnya sehingga yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015:14) menjelaskan bahwa belajar meupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya

melalui pelatihan-pelatihan atau

pengalaman-pengalaman. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan yang belum dimiliki sebelumnya melalui pelatihan atau pengalaman. 6.

Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.

Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang

28

kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana. 2013:3). Hasil belajar adalah penilaian yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan berkenaan dengan penguasaan materi yang telah diterima selama pembelajaran berlangsung (Hendarwati, 2013:64) Dari pendapat tersebut dapat disimpilkan bahwa hasil belajar merupakan penilaian yang dilakukan oleh siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoruk siswa. 7.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a.

Pengertian IPS IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar

dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan sehingga transfer konsep tersebut dapat mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan ketrampilan peserta didik dalam mencapai kehidupan yang bermakna. Mata Pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya (Sapriya, 2014:7). Pada penelitian, IPS didefinisikan sebagai salah satu mata pelajaran sebagai bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabangcabang ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi,ekonomi, dan ilmu sosial lainnya b.

Tujuan IPS Mata pelajaran IPS memiliki tujuan agar anak didik emmiliki

kemampuan sebagai berikut (BNSP.2006:176) 1) Mengenal komsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

29

kemanusiaan 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasioanl, dan global.

d.

Ruang Lingkup IPS SD Ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan adalah kehidupan manusia di

masyarakat atau manusia dalamkonteks sosial, diantaranya meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (BNSP, 2006:176) 1) Manusia, tempat,dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3) Sistem sosial budaya 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, maka ruang lingkup kajian IPS meliputi substansi materi Ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat serta gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat B.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V SD Semester II Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah tersusun dalam

standar isi merupakan batas minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar akan dijabarkan menjadi indikator. Pada penelitian ini menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS Kelas V Semester II. Standar Kompetensi dan

30

Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.5 SK-KD Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Semester II Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

C.

Kompetensi Dasar 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar pada tahun 2010 yang disusun oleh Sarifah Nurhasanah. Berdasarkan hasil penelitian yang berupa observasi, wawancara, tes dan dokumen dapat disimpulkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) pemahaman materi pada pokok bahasan peristiwa proklamasi Indonesia dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 01 Pereng Mojogedang Karanganyar. Nilai IPS kelas V semester genap SDN 01 Pereng Mojogedang Karanganyar memiliki nilai rata-rata 61,71 padahal batas KKM adalah 65. Hanya 30% siswa kelas V yang mencapai nilai  65. Sedangkan besarnya prosentase siswa tuntas belajar yaitu 51%, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari 80%. Setelah diterapkannya model pembelajaran STAD yang dilakukan oleh peneliti,hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebanyak 21 siswa dengan rata-rata 74.57 dan pada siklus II sebanyak 30 siswa dengan rata-rata

31

81.22. Nilai rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada kondisi awal 51%, siklus I sebesar 69.50% dan pada siklus II sebesar 88.50%.. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Word Square Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V pada tahun 2016 yang disusun oleh M.W.Puthra, N.T.Renda dan I.N.Murda. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Word Square dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SDN 2 belajar, semangat belajar, tanggung jawab belajar dan kedisiplinan dalam belajar agar pembelajaran di kelas lebih bermakna.Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil studi dokumentasi, rata-rata nilai KKM siswa kelas V SDN 2 Tukadmungga kabupaten Buleleng pada semester genap mapel IPA masih berada dibawah KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 73. Jika dipersentasekan 54% siswa masih dibawah rata-rata ketuntasan belajar dari 16 siswa. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata keaktifan belajar siswa yaitu 68.77 (kategori cukup aktif) dan hasil belajarnya siswa 68.43 (kategori sedang). Sedangkan hasil yang diperoleh dari siklus II nilai rata-rata keaktifan belajar siswa yaitu 80.24 (kategori aktif) dan rata-rata hasil belajar siswa yaitu 82.05 (kategori tinggi) Kedua penelitian di atas memang relevan dengan penelitian ini, karena dalam penelitian tersebut sama-sama menerapkan model kooperatif tipe STAD dan Word Square. Terdapat perbedaan dalam penelitian ini dengan dua penelitian tersebut, perbedaannya adalah dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikolaborasikan dengan tipe Word Square sehingga terbentuk model pembelajaran yang inovatif lagi. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama

32

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman materi yang telah diberikan. Penelitian-penelitian tersebut dijadikan refrensi dalam penelitian kali ini untuk memperluas wawasan peneliti. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dipadukan dengan tipe Word Square dalam penelitian ini diharapkan nantinya dapat melatih siswa untuk bekerja sama dan tentunya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. D.

Kerangka Pikir Adapun kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya

pemikiran tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka tindakan pemecahan untuk melihat hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN I Craken adalah melihat seberapa keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif perpaduan antar tipe STAD dengan tipe Word Square. Kerangka pemikirannya digambarkan sebagai berikut (kerangka pikir terdapat di halaman berikutnya).

33

Kondisi Riil  Guru belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif perpaduan antara tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan tipeWord Square.  Pembelajaran belum efektif, karena kurangnya partisipasi dari siswa  Kerjasama antar anggota kelompok kecil belum masih pasif  Dari hasil belajar siswa, hanya 4 dari 13 siswa yang mencapai KKM.

Akibat  Keadaan kelas dapat berjalan kondusif hanya di awal pembelajaran  Dalam kegiatan kelompok siswa pandai yang cenderung aktif, sedangkan beberapa masih pasif dan hanya menerima hasilnya saja.

Solusi Penerapan Model Kooperatif Perpaduan Antara Tipe STAD Dengan Tipe Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Keunggulan  Membuat semangat dalam mengikuti pembelajaran karena ada penghargaan kelompok  Membantu siswa membiasakan untuk membaca buku pelajaran  Melatih dan merangsang siswa untuk memiliki sikap teliti dan kritis, serta menghargai kerjasama dalam kelompok  Model ini untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan.siswa

Hasil  Pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan  Siswa bekerja sama, berusaha, dan berlomba untuk mendapatkan penghargaan  Hasil belajar siswa dapat meningkat dan mencapai KKM

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian