HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN

Download 2 Jul 2015 ... Keywords : student motivation; learning achievement. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk men...

0 downloads 316 Views 60KB Size
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

Vol. II No. 2 Juli 2015

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Survey Pada SMP Pabuaran Bogor) Nurdin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sailendra Jurusan Manajemen [email protected] Hp 081399968520 Abstract: This study aims to determine how much the motivation have a relationship with school performance in middle school civic education di SMP Pabuaran Bogor. The research was conducted in the school year 2013 - 2014 for the first semester . The population was eighth grade students as much as 8 classes totaling 320 students . Samples were taken 64 students citizenship randomly selected . The results of the data processing , the value of t = 7.933 > = 1.670 .t table value at 5 % means the students' motivation have a relationship with civic education learning achievement . The coefficient of determination ( R2 ) of 0.504 means 50.4 % have a relationship student motivation and the learning achievement of civic education , while the remaining 49.6 % ( 100 % - 50.4 % ) affected by other factors that were not analyzed in this study . Keywords : student motivation; learning achievement Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar mempunyai hubungan terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan siswa di SMP Pabuaran Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013 – 2014 untuk semester ganjil. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 8 kelas yang berjumlah 320 siswa. Sampel penelitian sebanyak 64 siswa dipilih secara acak. Hasil pengolahan data, nilai thitung = 7,933 > nilai ttabel pada 5 % = 1,670berarti motivasi belajar mempunyai hubungan terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,504 artinya 50,4 % motivasi belajar mempunyai hubungan terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan, sedangkan sisanya 49,6 % (100% - 50,4%) dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Kata Kunci : motivasi belajar:prestasi belajar

PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu kebutuhan bagisetiap manusia, agar proses pembentukan ilmu pengetahuan siswa dapat bertambah. Pembentukan ini harus dilakukan oleh pelajar, dan mereka harus aktif melakukan kegiatan seperti aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Motivasi belajar dapat dilakukan melalui dua bentuk, yakni motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul untuk mencapai

tujuan yang datang dari luar dirinya. Sedangkan motivasi intrinstik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa. Pendapat Maslow dikutip oleh Sagala (2006:78) menyatakan bahwa motif-motif manusia itu membentuk suatu hierarkhi (the hierarchy of needs), setiap individu mempunyai kebutuhankebutuhan yang dapat digolongkan kedalam urutan prioritas yaitu fisiologi, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Dimyati dan Mudjiono (1999:93) mengemukakan bahwa Motif adalah

99

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

Vol. II No. 2 Juli 2015

merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri seseorang yang perlu dipenuhi agar orang tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang mengerakkan seseorang agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Prestasi belajar siswa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan masih relatif rendah, keadaan ini masih sangat memperihatinkan bagi semua pihak terutama yang menaruh perhatian kepada pendidikan kewarganegaraan, karena itu diperlukan upaya-upaya perbaikan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan jalan memperbaiki faktor–faktor yang memungkinkan mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain : lingkungan sekolah yang baik, sarana atau prasarana yang memadai, dan kualitas guru

motives yaitu dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang lain seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika). Menurut Hamalik (2001:158) motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Gaugh (1977:156) motivasi adalah dasar kekuatan atau daya yang menggerakkan orang untuk berperilaku. Kemudian Beck (1990:21) memberikan pengertian bahwa motivasi berasal dari motif yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan. Sedangkan Raymond (2004:11) sesungguhnya setiap anak yang lahir memiliki motivasi belajar, disebutkan bahwa semakin besar anak motivasi belajarnya mengalami perubahan dari sekedar ingin tahu dan kagum menjadi sesuatu yang menyatu dengan kepribadiannya. Selanjutnya disebutkan pula bahwa motivasi belajar dapat disebabkan oleh: (1) disain sistem penilaian disekolah, (2) meningkatnya kompleksitas belajar yang sudah maju, dan (3) daya tarik dan gangguan lingkungan yang sangat besar.

TINJAUAN PUSTAKA MotivasiBelajar Pendapat Sertain yang dikutup oleh Sagala (2006:100) membagi motif menjadi dua bagian yaitu :(1) Psychological drive yaitu dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis, jasmaniah seperti lapar, haus, seks. (2) Social Manusia A.

Hasil Karya Sikap – Perbuatan

Motivasi

Motivator Hasil Karya B.

Motivasi Sikap – Perbuatan Rangsangan

Motivator

Gambar 1. Motivasi dan motivator Keterangan : A : Motivasi Instrinsik (dorongan dari dalam diri) B : Motivasi ekstrinsik (hasil rangsangan) Jika melihat gambar tersebut tampak jelas bahwa motivasi ini merupakan daya dorong yang sifatnya menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan motivasi seseorang lalu berbuat, tapi belum menjamin perbuatannyna itu menghasilkan sesuatu yang

100

dikehendaki oleh pemberi motivasi (motivator). Dan jika ingin menghasilkan yang diharapkan, maka perlu adanya keselarasan antara kepentingan, motivator dan yang diberi motivasi.

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

Vol. II No. 2 Juli 2015

Menurut Woodworth dalam Sagala (2006:100) menggolongkan motif itu menjadi kebutuhan-kebutuhan organis seperti lapar. Stephen (1982:141) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kebutuhan dan dorongan di dalam diri individu yang menggerakkan individu melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Santoso (2000:118) menyatakan bahwa motivasi mempunyai fungsi pada umumnya adalah mendorong

timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, mengarahkan perbuatan pada pencapaian tujuan yang diinginkan, dan menggerakkan cepat atau lambatnya pekerjaan seseorang. Pendapat Maslow dikutip oleh Sagala (2006:102) menyatakan bahwa motif-motif manusia itu membentuk suatu hierarkhi (the hierarchy of needs), setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang dapat digolongkan kedalam lima tingkatan adalah:

Aktualisasi diri (Self actualization) Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) Kebutuhan Sosial (Social Needs) Kebutuhan Rasa aman dan perlindungan (Safety and security Needs) Kebutuhan Fisiologis (Psychological Needs)

Gambar 2. Hierarkhi kebutuhan menurut Maslow Sumber : Mangkunegara, 2001. Hierarki kebutuhan ini digambarkan dengan piramida berkotak yang paling bawah adalah kebutuhan fisiologis merupakan yang paling dasar, sedangkan yang tertinggi adalah kebutuhan actualization sebagai pemenuhan kebutuhan yang bersifat kompetitif. Untukmemenuhikebutuhantersebu perlu dimiliki oleh siswa dan guru untuk memperlancar pembelajaran. Dalam konsep pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Adakalanya guru membangkitkan, derive, incentive, atau iradah murid untuk aktif mengambil bagian dalam kegiatan belajar (Rasyad,2003:92). Upaya menggerakan, mengarahkan, dan mendorong kegiatan murid untuk belajar dengan penuh semangat yang tinggi.

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar, proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Thomburg (1984:98) belajar adalah perubahan seseorang karena pengalaman. Sedangkan menurut Gronlund (1997:105) . belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk mengikuti pelajaran guna memahami mata pelajaran kewarganegaraan dengan indikator: melaksanakan tugas dengan baik, berusaha memahami pelajaran, dan ingin berhasil.

101

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

PRESTASIBELAJAR Arikunto (2006:53) mengemukakan bahwa prestasi mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan disetiap bidang studi. Gambaran prestasi belajar siswa bisa dinyatakan dengan angka (0 s.d 10). Sedangkan Soedijarto (1993:49) menyatakan bahwa prestasi adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut pendapat Arifin (1989:87) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Menurut Briggs (1979:105) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka. Menurut pendapat Sadiman (2001:1) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar akan didapati adanya pihak pengajar dan pihak yang diajar, ada materi pengetahuan atau keterampilan yang disampaikan dan alatalat serta fasilitas yang digunakan dalam menyampaikan materipelajaran. Sedangkan menurut Bloom dalam Klausmeier (1971:34) menyatakan bahwa belajar dapat menambah ranah kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisi, sintetis, dan evaluasi. Dalam kaitannya konsep motivasi dalam belajar. Djaali (2000:142) menyatakan bahwa motivasi belajar didorong oleh motivasi berprestasi. Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademik yang tinggi apabila: (1) rasa takut akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya umtuk berhasil, (2) tugas-tugas di dalam kelas cukup memberikan tantangan, tidak terlalu mudah tetapi tidak terlalu sukar, sehingga memberikan kesempatan untuk berhasil. Berdasarkan uraiantersebut, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seorang siswa setelah

102

Vol. II No. 2 Juli 2015

mengikuti pelajaran dalam satu semester dengan melihat nilai ujian. HIPOTESIS PENELITIAN Ho = Diduga bahwa motivasi belajar tidak mempunyai hubungan terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. Ha = Diduga bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan penelitian ini adalah korelasi yaitu dapat melihat hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas yaitu motivasi belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik pengumpulan data variabel presrtasi belajar pendidikan kewarganegaraan diperoleh dari jawaban responden mengenai hasil yang diperoleh seorangsiswa setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dengan melihat nilai ujian. b. Teknik pengumpulan data variaibel motivasi belajar diperoleh dari jawaban responden mengenai dorongan dari dalam diri siswa untuk mengikuti pelajaran guna memahami mata pelajaran kewarganegaraan dengan indikator : melaksanakan tugas dengan baik, berusaha memahami pelajaran, dan ingin berhasil Skala Penilaian Penilaian instrumen dilakukan dengan menggunakan skala likert, ada lima pilihan jawaban yaitu : sangatsetuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1. Pengujian Intrumen Validitas instrumen Pengujian validitas instrumen digunakan korelasiProduct moment. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila nilai r yang diperoleh

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

dari hasil perhitungan (rxy) lebih besar daripada nilai r tabel dengan taraf signifikan 5%. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas digunakan Crombah alpha. Suatu instrumen r dinyatakan reliabel apabila nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel dengan taraf signifikan 5%. Teknik Analisa Data Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (X 2 ), sebagai berikut :

Dimana : X2 = Chi Kuadrat fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan. Analisis Korelasi Untuk mencari nilai korelasi digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana : r = Korelasi x = Variabel independen y = Variabel dependen n = Jumlah Sampel. Koefiseian Determinasi Untuk mengukur besarnya persentase dari variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan rumus berikut :

KD = r 2 x 100%

Vol. II No. 2 Juli 2015

Analisis Regresi Untuk mengetahui regresi motivasi belajar dengan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan digunakan rumus : a= b=

(

Y

)

b

X

n n

XY

n

2

X

X

Y

( X)

2

Keterangan: Y = adalah variabel terikat X = adalah variable bebas a = adalah bilangan konstan b = adalah koefisien regresi Koefisien regresi sebagai berikut : Y= a + bx . . . . . Pengujian Hipotesis Uji t Untuk menganalisa data dapat digunakan komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 17 for Windows. Rumus yang digunakan adalah: r

n

2

to = 1

(r)2

Keterangan : r = Nilai korelasi parsial n = Jumlah sampel Hipotesis Nol Ho (< 0) : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. Hipotesis Alternatif Ha (> 0) : terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Analisis Korelasi Dari output komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 17 for Windows. Dan diperoleh hasil pada tabel berikut :

103

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

Vol. II No. 2 Juli 2015

Tabel 1. Pengujian Analisis Korelasi Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.710a

.504

.496

5.784

a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar b. Dependent Variable: Prestasi Belajar Koefisien Determinasi Koefisien determinasi :sebesar 0,504 atau 50,4% berarti motivasi belajar mempunyai hubunganyang sedang dengan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan.

AnalisisRegresi Analisis regresi dengan menggunakan komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 17 for Windows dapat dilihat tabel berikut :

Tabel 2. Pengujian Analisis Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Model

B (Constant) Motivasi Belajar

Standardized Coefficients

Std. Error

24.930 .666

.710

Y = 24,930 + 0,666 X b. Nilai konstanta sebesar 24,930 dinyatakan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan mempunyai skor 24,930.

Sig.

Beta

6.509 .084

a. Dependent Variable : Prestasi Belajar Persamaan regresi sebagai berikut :

T 3.830 7.933

.000 .000

c. Motivasi belajar sebesar 0,666. Hal ini berarti jika motivasi belajar meningkat 1 satuan maka prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan akan meningkat sebesar 0,666. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dapat dilihat tabel berikut :

Tabel 1. Pengujian Analisis Korelasi Variabel

Nilai

Standard Error

thitung

ttabel

Motivasi (X)

0.666

0.084

7.933

1.670

Hasil uji t, motivasi belajar mempunyai hubungan terhadap prestasi belajar pendidikan

kewarganegaraan karena nilai thitung = 7,933> t0,05(63) = 1,670.

Kurve uji t sebagai berikut :

Ha Daerah diterima

104

1.670

Ho Daerah penolakan

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

PEMBAHASAN Penelitian Susanti (Faktor: jurnal ilmiah pendidikan, 2014; 287) dengan judul peran motivasidan disiplin dalam menunjang prestasi belajar peserta didik pada bidang studiilmu pengetahuan sosial. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dengan kontribusi 50,4%.. Hal ini sejalan dengan pendapat Raymond (2004; 11) sesungguhnya setiap anak yang lahir memiliki motivasi belajar, disebutkan bahwa semakin besar anak motivasi belajarnya mengalami perubahan dari sekedar ingin tahu dan kagum menjadi sesuatu yang menyatu dengan kepribadiannya. Demikian pula pendapat Gaugh (1977; 156) motivasi adalah dasar kekuatan atau daya yang menggerakkan orang untuk berperilaku. Kemudian Beck (1990; 21) menyatakan bahwa motivasi berasal dari motif yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan Tindakan belajar yang memotivasi anak dapat mendorong anak untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga tindakan itu tertuju ke arah suatu tujuan yang diharapkan. Kebutuhan itu timbul sebagai akibat berbagai macam hal seperti dorongan nafsu, minat, hasrat, dan keinginan. Pendapat Maslow dikutip Sagala (2006; 100) mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia dapat disusun dalam suatu hierarkhi kebutuhan dari terendah sampai yang tertinggi, jika kebutuhan yang lebih rendah dapat dipenuhi, maka kebutuhan yang berada pada tingkatan diatasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan yang telah dipenuhi menjadi motivator utama dari perilaku seseorang. Dengan demikian kegiatan belajar siswa dapat terjadi bila siswa ada perhatian dan dorongan terhadap stimulasi

Vol. II No. 2 Juli 2015

belajar. Untuk itu, maka guru harus berupaya memberikan perhatian dan dorongan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga prestasi belajar siswa tercapai. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data,.maka diketahui bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka motivasi belajar memberi hubungan yang sedang terhadap prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan sebesar 50,4% (100% 49,6%). Sedangkan faktor yang lain tidak dianalisa dalam penelitian ini. Saran Guru pendidikan kewarganegaraan sebaiknya selalu memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pelajaran, sehingga proses belajar-mengajar dapat terlaksana dengan baik. Guru pendidikan kewarganegaraan sebaiknya memberi tugas agar materi pelajaran mudah dipahami oleh siswa supaya prestsi belajar pendidikan kewarganegaraan lebih baik. Kepala sekolah sebaiknya memperbaiki kualitas guru yang mengajar pendidikan kewarganegaraan, lingkungan sekolah, dan sarana maupun prasana.

DAFTAR PUSTAKA Anwar Prabu Mangkunegara, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto dan Suharsini, 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta.

105

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan

Arief S. Sadiman, 2001. Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali. Briggs Leslie J, 1979.Instructional Design,Principles and Aplication Englewood Cliffs, New Jersey: Hall, Inc.

Vol. II No. 2 Juli 2015

Raymond J. Wodkowski dan Judith H. Jaynes.2004.Hasrat Untuk Belajar, Jakarta:Pustaka Pelajar. Ria Susanti, 2014. Fakto:Jurnal Ilmiah Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indraprasta PGRI.

Bloom dalam Herbert J. Klausmeier, 1971. Educational Psyhology. New York: Harper and Row.

Rasyad, 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press.

Beck, Robert C. 1990. Motivation Theories and Principles. New Jersey: Prentice Hal, Englewwood Cliffa.

Soedijarto, 1993. Metode Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka.

Djaali, 2000. Psikilogi Pendidikan. Jakarta: Program Sarjana.

Soegeng Santoso, 2000. Problematika Pendidikan dan cara Pemecahannya,Jakarta: Kreasi Pena Gading.

Dimyati dan Mudjiono, 1999. Pendekatan Kontektual, (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Rineka Cipta. Gronlund, Noman E, 1997.Constructiong Achievement Test, Englewood Cliffs Nj: Prentice Hall,inc. George Terry dan Stephen. 1982.Principle of Management. Illois: Richard. DIrwin. H. D Sudjana S, 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran partisipatif, Bandung: Falah Production. James I.Mc Gaugh, 1977. Psychology And Experimental Approach. SanfranciscoCalifornia: Publishing Company. Mardalis, 2001. Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian, Bandung: Alfabeta. Oemar Hamalik, 2001. Proses Belajar Mengaja, Jakarta: Bumi Aksara.

106

Sugiyono,2008. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Syaiful Sagala, 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Thomburg, Hersel D, 1984. Introduction to Educational Psyhology, St Paul: West Publishing Company. Zainal Arifin, 1989. Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press .